Free Widgets

Sabtu, 29 Januari 2011

Spicy Seafood

 Sekalipun namanya Waroeng Indo, tetapi rumah makan ini sebetulnya punya menu berbagai masakan gaya Semarangan yang andal. Lunpia (orang Semarang selalu menyebutnya demikian, bukan lumpia!), tahu pong, gimbal udang, nasi goreng babat, dan babat gongso - hanyalah sebagian dari sajian yang ditawarkan dalam daftar menu Waroeng Indo. Pemiliknya orang keturunan Tionghoa yang memang dikenal punya kepiawaian khusus dalam menangani dapur.


   
Untuk komplet-komplet, supaya sesuai dengan namanya, Waroeng Indo juga menghadirkan masakan Nusantara lainnya, seperti: gado-gado Betawi, pecel Solo, karedok Bandung, nasi bogana Tegal, rawon Surabaya, sate ayam Gombong, tahu lontong Blora, soto ayam Lamongan, garang asem Pekalongan, laksa Bogor, dan lain-lain. Semua makanan ini dibandrol dengan harga antara Rp 9-20 ribu saja - kecuali iga penyet, bandeng penyet, dan tahu brontak seafood yang memang bahannya mahal, sehingga terpaksa dihargai Rp 27-35 ribu. Sungguh menyenangkan bagi yang dompetnya tidak seberapa tebal.
   
Ada juga masakan "Indo" - seperti beef steak Oma (Rp 35 ribu), chicken steak Oma (Rp 30 ribu), dan mixed fruits salad (Rp 25 ribu) - dan masakan Tionghoa seperti fuyunghai, ayam nanking, sapo tahu, dan masih banyak lagi.
   
Tentu saja saya harus mencicipi nasi goreng babatnya. Sungguh tidak mengecewakan. Babatnya empuk. Nasi gorengnya berbumbu intens, dengan "tendangan" citarasa bawang merah yang menonjol. Nasi goreng babat gaya Semarangan memang harus seperti itu. Warnanya agak gelap karena memang memakai kecap manis, dan minyaknya juga harus kelihatan mengkilat. Mak nyuss!
   
Para penggemar hardcore nasi goreng babat biasanya kurang puas dengan porsi babat dalam nasgor-nya. Banyak yang di samping memesan nasi goreng babat juga memesan babat gongso yang kemudian dijadikan lauk, atau bahkan dicampurkan ke dalam porsi nasgor babatnya. Muantapff!
   
Yang juga sempat saya cicipi adalah garang asem Pekalongan. Garang asem Pekalongan sangat berbeda dengan garang asem Kudus ataupun Solo. Garang asem Pekalongan berpenampilan mirip rawon Surabaya, yaitu potongan daging sapi dalam kuah yang berwarna kecoklatan. Bedanya, garang asem ini tidak memakai kluwek. Bumbunya adalah asam Jawa, bawang merah, cabe keriting yang digarang (dipanggang di atas api). Rasa asam-pedasnya yang soft merupakan kunci kenimatan masakan ini.

Dari beberapa pengunjung Waroeng Indo, saya mendapat info bahwa masakan favorit di sini adalah lontong capgomeh. Saya sempat melirik pesanan tamu lain yang memang tampak mlekoh santannya yang kental dan merah karena bercampur dengan sambal goreng ati-ampla yang legit. (Bondan Winarno)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar