Free Widgets

Rabu, 02 Februari 2011

Pecak Gurami Khas Betawi

 Minggu yang lalu, entah kenapa, tiba-tiba saya rindu Babe Nasun - panggilan akrab untuk Haji Nasun yang punya warung di Srengseng Sawah, pinggiran Jakarta Selatan. Tiba di sana, sekitar pukul dua siang, ternyata warungnya hampir tutup. Semua masakan sudah habis tandas. Karena sudah datang dari jauh, saya putuskan untuk tetap singgah dengan maksud bercengkerama dengan Babe Nasun yang sudah lama tidak saya jumpai.

Ternyata, Babe Nasun sudah tiada. Ia sudah meninggal sekitar tiga bulan yang lalu. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Seorang pengawal setia pusaka kuliner Betawi telah kembali ke hadirat Al Khalik.



Sebelum punya warung makan, Babe Nasun adalah pemain lenong. Orangnya lucu. Ia selalu menemui tamu-tamu yang ramai memenuhi warungnya. Gelak tawa selalu mewarnai warung di pinggir jalan itu. Babe Nasun adalah jenis orang yang selalu mampu menyentuh jiwa orang lain. A life toucher!

Dalam tulisan saya sekitar enam tahun yang lalu, saya menyebut Babe Nasun sebagai human being - bukan human doing. Dia sangat menyukai pekerjaannya. Dia sangat bangga akan pekerjaannya. Dia tahu bahwa menyenangkan pelanggannya berarti juga menyenangkan dirinya.

Tidak heran bahwa masakan yang disajikan di warung makan ini berkualitas di atas rata-rata. Tempatnya boleh di pinggiran. Tetapi, karena kualitasnya tinggi, dan pelanggannya pun kebanyakan orang berduit, Babe Nasun tidak sungkan pasang harga tinggi untuk sajiannya. Ada harga, ada rupa, ada rasa.

Sajian warung makan ini hanya terfokus pada tiga jenis masakan, yaitu: pecak gurame, gabus pucung, dan sop daging sapi. Cuma tiga, tetapi semuanya juara. Biasanya, saya memesan sop daging dan pecak gurame untuk dimakan di tempat, lalu membawa pulang gabus pucung untuk dimakan esok hari.

Pecak gurame adalah versi Betawi untuk pecel lele Jawa Timur-an - yaitu ikan goreng yang diguyur dengan sambal kacang pedas. Bedanya, sambal kacang untuk pecak Betawi ini dimasak dengan santan, sehingga lebih gurih. Pedasnya nonjok! Untuk membuatnya lebih istimewa, Babe Nasun mencampur kacangnya dengan kacang mede.

Gabus pucung adalah ikan gabus goreng yang dimasak lagi di dalam kuah pucung - lagi-lagi mirip masakan Jawa Timur-an yang disebut rawon. Pucung adalah kluwek dalam bahasa Betawi. Kuah encer legit ini memang sangat cocok untuk ikan gabus goreng yang gurih. Sop daging sapinya juga suguhan juara. Dagingnya empuk, dalam porsi murah hati, dengan kuah segar yang sungguh gurih.

Karena Babe Nasun punya tanah yang ditanami berbagai pohon buah, ia selalu menyajikan buah-buahan di warungnya untuk para tamu. Gratis! Silakan makan buah-buahan sepuasnya. Buah yang selalu ada di sana adalah pisang. Di musim rambutan, para tamu disuguhi rambutan. Babe Nasun memperlakukan tamu di warungnya bagaikan tamu di rumahnya sendiri.

Kini, Babe Nasun telah tiada. Semoga Jakariya, keponakannya yang meneruskan "tongkat estafet" dapat mempertahankan warisan Babe Nasun. Kuliner Betawi is here to stay.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar